Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro
Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan
Selasa, 16 Desember 2008
Pemkab Purworejo Desak Pemerintah Pusat Luruskan Tempat dan Tanggal Lahir Pahlawan Nasional
Pemkab Purworejo akan berupaya mendesak pemerintah pusat, melalui kementrian Sosial untuk meluruskan penulisan, tempat dan tangal lahir, pahlawan nasional, komponis, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya “, WR Soepratman, sebagaimana tertuang dalam penetapan Pengadilan Negeri Purworejo.
Penegasan tersebut disampaikan Assisten Sekda Bidang Administrasi dan Umum, drh Abdulrahaman.di sela-sela rapat koordinasi, Sabtu (29/11), yang membahas rencana tindak lanjut dari penetapan tersebut. Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut pihaknya akan membentuk tim, yang akan dikukuhkan melalui surat keputusan bupati. Tim ini nantinya setelah berkoordinasi dengan Pemprop Jateng, akan melanjutkan ke Badan Pembina Pahlawan Nasional pada Kementrian Sosial di Jakarta.
Ia mengakui, sebetulnya niat tersebut sudah ada sejak tahun lalu. Setelah ada penetapan dari PN Purworejo nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR, tanggal 29 maret 2007, sampai saat ini belum ada tindak lanjut. “Sebetulnya tahun lalu sudah ada rencana, namum karena ada sesuatu hal, sehingga belum terlaksana. Baru saat ini rencana itu akan dilaksanakan, kendati waktunya sudah mempet” katanya.
Menurutnya, tim yang akan dibentuk beranggotakan para pimpinan satker terkait, ditambah para budayawan. Tim ini sebelum ke Jakarta akan berpamitan dengan keluarga WR Soepratman yang berada di Desa Somongari. Kemudian juga akan menghubungi keluarga yang berada di Jakarta dan kota lainnya.
Tim ini meminta kepada pempus untuk segera meluruskan dan menyosialisakan fakta sejarah sebagaimana penetapan PN Purworejo. Dimana dalam penetapan tersebut tertuang bahwa WR Soepratman lahir pada hari Senin Wage, tanggal 19 Maret 1903, di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Sebab selama ini terdapat versi lain tentang tanggal dan tempat lahir WR Soepratman.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan pemprop, surat permohonan disampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah. Nantinya Gubernur Jateng yag akan melayangkan surat permintaan kepada Menteri Sosial di Jakarta. Namun demikian, untuk memperlancar usulan dari gubernur, pihak pemkab akan melakukan koordinasi ke Depsos.(Sus)
Minggu, 14 Desember 2008
Jangan Mudah Percaya Pada Berita Kabar Burung Yang Sarat Kepentingan
Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia diperingati secara sederhana oleh Pemkab Purworejo, Selasa (9/12/08). Upacara peringatan dilakukan di halaman Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Purworejo diikuti oleh seluruh staf di lingkungan Setda Purworejo dan pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang ada. Dengan inspektur upacara Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM.
Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan dukungannya terhadap upaya pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini. Bahkan ia menandaskan agar pemberantasan korupsi tersebut tidak bersifat tanggung-tanggung, melainkan harus dibasmi hingga ke akar-akarnya.
Namun disisi lain, lanjut Bupati, dalam upaya pemberantasan tersebut kita harus menghormati azas praduga tak bersalah. Menurutnya, hal ini yang menjadi kendala, karena aparat hukumlah yang mengetahui kesalahan-kesalahan yang dimungkinkan terjadi. Sedangkan berita yang tersebar di masyarakat, belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Karena berita yang tersebar di masyarakat tentunya sudah dicampuri dengan kepentingan-kepentingan tertentu.
Pada kesempatan tersebut bupati meyerahkan secara simbolis, bantuan stimulan pembangunan kepada desa. Bantuan senilai Rp 188.500.000,00 itu bersumber dari APBD Kabupaten Purworejo tahun 2008. Bantuan diperuntukkan bagi 43 lokasi. Besarnya bantuan bervariasi, tergantung kebutuhan yang diajukan panitia dan hasil verikasi tim yang dibentuk pemkab.
Terkait bantuan tersebut, Bupati menyatakan bahwa pada prinsipnya bantuan berasal dari uang masyarakat. Bukan dari seseorang maupun golongan tertentu. Untuk itu, ia berpesan, agar uang tersebut benar-benar sesuai sasaran. (Hms)
Sabtu, 13 Desember 2008
Kajari Purworejo Diserahterimakan
Edwin Desman, SH sebelumnya adalah Kajari Sekayu Banyuasin, Sumatera Selatan. Sedangkan Kajari Purworejo sebelumnya di promosikan sebagai Asisten Pembinaan di Kajati Papua.
Dalam sambutannya Wakajati Jawa Tengah menegaskan pergantian pejabat adalah hal yang biasa dan lazim dilakukan guna kelangsungan organisasi. Juga disinggung tentang komitmen kejaksaan untuk menuntaskan berbagai kasus, khususnya perkara korupsi. Pejabat yang baru hendaknya mau mawas diri, dalam menegakkan hukum dengan azas praduga tak bersalah.
Disampaikan pula bahwa bagi pejabat yang baru juga harus memiliki integritas yang tinggi. Terlebih masyarakat mengharapkan pemberantasan korupsi secara nyata. “Oleh karenanya bagi pejabat yang baru harus bertindak menegakkan hukum secara adil, profesional dan transparan dalam kinerja,”harapnya.
Dalam acara itu juga dihadiri segenap pejabat teras Pemkab Purworejo dan pejabat di lingkungan Kejari Purworejo. Termasuk di dalamnya Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM. (Sus)
Operasi Gabungan Grebeg PSK di Kutoarjo
Petugas gabungan dari Polres Purworejo, Kodim 0708 Purworejo, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos), Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan razia Pekerja Seks komersial (PSK) di dua tempat, Kamis (11/12/08) lalu. Yakni di warung remang-remang Gunung Tugel dan warung remang-remang di depan Stasiun Kereta Api Kutoarjo.
Operasi tersebut digelar dalam rangka menciptakan ketertiban lingkungan di wilayah Kabupaten Purworejo. Operasi itu dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari banyaknya laporan masyarakat yang masuk baik ke polisi maupun instansi terkait lainnya. Menurut sumber yang dapat dipercaya, lokasi warung remang-remang Gunung Tugel dan warung remang-remang di depan Stasiun Kereta Api Kutoarjo memang sering dijadikan tempat mangkal serta transaksi PSK dengan para lelaki hidung belang. Transaksi tersebut hampir dilakukan setiap malamnya, dengan menyewa kamar Rp 10 ribu untuk tarif short time.
Dalam operasi ini hanya beberapa PSK dan lelaki hidung belang yang terjaring. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya kebocoran informasi sebelumnya. Seorang PSK dan seorang lelaki hidung belang tertangkap basah sedang berhubungan intim, keduanya ditemukan petugas dalam keadaan telanjang bulat. Untuk selanjutnya para PSK dan lelaki hidung belang tadi digelandang ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan pembinaan. (Sum)
Selasa, 14 Oktober 2008
Live Talk Show Suara Irama Purworejo Bertujuan Membuka Kran-kran Informasi Tersumbat
Ternyata acara live talk show bersama publik di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Suara Irama 88,5 FM Purworejo, mendapatkan rating tertinggi. Setiap acara yang diberi titel Hallo Purworejo itu digelar, pertanyaan yang masuk, baik melalui telepon maupun sms bisa mencapai 50 orang lebih. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala UPT RSPD Suara Irama Purworejo Endah Srigati (51), saat ditemui wartawan Buser Plus di kantornya, belum lama ini.
Lebih jauh Endah menjelaskan, kadang kala saking banyaknya pertanyaan yang masuk, sampai-sampai pihaknya agak kesulitan dalam membahasnya. Sebab waktu yang disediakan tidak mencukupi, padahal acara yang digelar setiap hari Senin malam itu, digeber cukup lama yakni 2 jam, mulai dari jam 20.00 WIB – 22.00 WIB. “Selain itu banyak juga pertanyaan yang masuk di luar tema yang kita bahas. Bukan berarti pertanyaan tesebut diabaikan, tetapi tetap kita respon dan dibahas oleh narasumber yang ada. Setiap Senin malam kita selalu menghadirkan narasumber Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM, dengan didampingi oleh pejabat teknis daerah sesuai tema yang dibahas,” kata Endah.
“Namun khusus untuk Senin Wage atau malam Selasa Kliwon, kita live dari Pendopo Rumah Dinas Bupati, menyiarkan acara Gendu-gendu Roso yang dilakukan oleh Bupati. Pada malam itu Bupati mengundhang semua pejabat teras di lingkungan Pemkab Purworejo untuk beramah tamah dan bowo roso membahas masalah yang sedang menjadi buah bibir, kalau di tingkat desa sering disebut selapanan,” ujarnya. “Kita baru menggelar acara live talk show dengan Bupati pada pagi harinya Selasa Kliwon. Acara live talk show ini frekuensinya ditambah mulai Bupati Puworejo dijabat oleh H Kelik Sumrahadi, SSos, MM. Kalau Bupati sebelumnya acara live talk show hanya digelar setiap Selasa Kliwon, atau selapanan sekali,” imbuhnya.
Lebih jauh Endah menjelaskan, bahwa di sini pihaknya tak hanya menyampaikan informasi searah kepada pendengarnya, namun lebih dari itu, yakni menjalankan fungsinya sebagai media penyambung antara masyarakat dengan pemerintah atau sebaliknya. Sehingga ada komunikasi dua arah demi kemajuan pembangunan Kabupaten Purworejo ke depan. “Dalam istilah kita membuka kran-kran informasi yang tersumbat. Paling tidak kritik, saran itu akan turut mempengaruhi atau mewarnai kebijakan Pemkab Purworejo yang diambil oleh para pejabat publiknya dalam menjalankan roda pemerintahan,” tukasnya.
Dalam perjalanan sejarah acara ini telah berjalan selama tiga tahun. Pertama kali acara itu kita beri nama Hallo Pak Kelik, namun karena banyak kritik dan saran dari berbagai pihak, lantas nama acaranya diganti dengan Hallo Purworejo. Selain itu radio yang kini telah berumur 39 taun tersebut juga membuka acara live talk show lainnya yang telah diprogram secara rutin setiap minggunya. Membahas mulai dari permasalahan kesehatan, pendidikan, bisnis maupun pelayanan publik. Acaranya bekerjasama dengan berbagai kalangan, baik instansi pemerintah, kalangan dunia usaha, BUMN/BUMD maupun pihak swasta.
Rabu, 24 September 2008
Bila Tak Berobat ke Dokter Gigi Didenda
Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Belanda memberi sanksi berupa denda (straaf) kepada masyarakat yang tidak berobat gigi dalam jangka waktu setahun, karena pemerintah menganggap penyakit gigi dan mulut membebani keuangan negara dan memberi kontribusi kerugian ekonomi bagi negara. Dan menurut penelitian, angka absen tertinggi anak sekolah dan karyawan yang disebabkan sakit gigi adalah mereka kehilangan 4 hari kerja perbulan. Belum lagi penyakit sistemik yang terjadi akibat sakit gigi yang tidak diobati. Kebijakan tersebut perlahan-lahan mulai dihapus, karena pemerintah Belanda menganggap saat ini masyarakat sudah sadar untuk berobat ke dokter gigi.
Demikian, dikatakan Drg. Dhanni Gustiana, dokter gigi Puskesmas Seboro Krapyak-Kecamatan Banyu Urip yang baru saja menyelesaikan Post Graduate Course selama dua bulan mulai tanggal 4 Mei – 3 Juli 2008 ,di WHO Collaborating Centre di St Radboud University-Nijmegen, Belanda. Kesempatan tersebut diikuti oleh 11 negara (Indonesia, Belanda, Kamerun, Uganda, Irlandia, China, India, Nigeria, Dominika, Filipina dan Bolivia) dan beliau merupakan satu-satunya wakil Indonesia yang lolos seleksi dan mendapat beasiswa. Program yang bertema Oral Health Care and Future Scenarios (New Concepts in Educations and Oral Care) memperkenalkan metode klinis dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan teknologi mutakhir namun dapat diterapkan di negara berkembang seperti Indonesia.
Selanjutnya Drg. Dhanni menjelaskan, dari data yang ada pada WHO, terungkap bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari Negara-negara Afrika dan Amerika Selatan (peserta program) ternyata kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan yang terburuk. Hal ini terlihat dari data bahwa penyakit gigi dan mulut di Indonesia menempati prosentase terbesar, rendahnya kesadaran masyarakat yang ditandai dari jumlah kunjungan ke dokter gigi yang sangat rendah, serta dari jumlah karies (lubang gigi) yang mencapai 97.4 % pada anak-anak.
Keikutsertaannya dalam program ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Metode pembelajaran serta peralatan yang modern serta interaksinya dengan peserta dari Negara lain dapat menjadi bekal untuk mengaplikasikan ilmu di tanah air. Kebetulan pula makalah presentasi Indonesia yang berjudul The new perspective in preventive dentistry dianggap sebagai yang terbaik, sehingga mendapat kehormatan untuk dapat dimasukkan ke Extract Magazine yaitu majalah Universitas St Radboud. Makalah ilmiahnya pun menarik perhatian peserta serta staf pengajar di Universitas. “Insya Allah, metode ilmiah saya ini akan diujicobakan di Filipina, Uganda serta Belanda sendiri. Saya berharap dukungan pemerintah dan masyarakat”, tuturnya. (Sus)
OSIS SMA Negeri 6 Beri Bantuan Korban Kebakaran
WAJAH haru terpancar dari wajah Suwarti (43) dan puterinya Dewi Astuti (15), keluarga korban yang rumahnya ludes terbakar. Itu setelah para siswa dari OSIS SMA Negeri 6 Purworejo menjenguk dan memberikan dukungan kepada mereka, Kamis (21/8). Didampingi guru mereka Eny Ermaini SPd, mereka memberikan bantuan sebanyak 23 dus berisi pakaian pantas pakai, mie instan, gula, kopi, teh, dan beras 2,5 karung seberat 250 kg, serta sejumlah uang.
Bantuan tahap ketiga tersebut diberikan langsung oleh Ketua OSIS SMAN 6 Muhammad Mugnis Syakur kepada Dewi Astuti didampingi ibunya, di kediaman paman Dewi, Wagino Darmosuwito, di Kelurahan Sindurjan RT 03 RW 06 Purworejo. Saat ini, untuk sementara Dewi sekeluarga menumpang di rumah Wagino hingga menunggu rumahnya dibangun kembali.
"Saya merasa terharu dan bahagia atas bantuan yang mereka berikan. Semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT," ujar Suwarti.
Sementara itu guru pendamping OSIS SMAN 6 Eny Ermaeni menyampaikan pesan kepala sekolahnya Drs Urip Raharjo MPd, agar Dewi tetap sekolah, belajar yang giat untuk mengejar cita-citanya. SMAN 6 tetap akan memberikan dukungan dan bantuan.
Dewi yang sempat trauma atas kejadian tersebut kini bisa tersenyum dan menceritakan pengalaman pahitnya. Awal terbakarnya rumahnya, waktu itu ia baru saja memasak sayur dan memasak air dengan menggunakan anglo dengan bahan bakar arang. Usai memasak, Dewi sempat mematikan api. Setelah itu ia pun tidur. Ia sempat mendengar suara klitik-klitik suara bara api.
"Mungkin ada percikan api membakar lincak bambu. Waktu itu belum ada api namun berupa bara," ujar Dewi. (Yun)
RSUD Saras Husada Ditarget Maju Tingkat Nasional
Rumah Sakit Unit Daerah (RSUD) Saras Husada hendaknya mempersiapkan diri mewakili Jawa Tengah dalam penilaian kinerja Unit Pelayanan Publik (UPP). Setidaknya dalam 2 tahun ke depan RSUD harus sudah betul-betul siap maju di tingkat nasional. Apalagi didukung dengan filosofi yang dikenal dengan pelayanan prima.
Target 2 tahun tersebut ditegaskan Asisten Deputi Meneg PAN Bidang Pelayanan Publik, Bambang Anom selaku ketua tim penilai kinerja UPP saat menilai dan meninjau langsung di RSUD Purworejo (25/7). Tim penilai yang terdiri 4 orang dari pusat dan 2 orang dari propinsi diterima Wakil Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain.
Bambang Anom merasa sangat yakin RSUD Purworejo akan menjadi yang terbaik dari unit-unit pelayanan yang lain. Berbekal manajemen pelayanan dan administrasi yang sudah ada, RSUD tinggal memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Kalau RSUD Purworejo betul-betul tekun, mungkin Purworejo akan menjadi percontohan di tingkat nasional. “Dua tahun kedepan kita bisa merubah Purworejo untuk apapun, kita siap membantu dan akan all out melebihi Ibu Ani Yudhoyono,” ujar Bambang dengan mantap.
Pelayanan publik yang sukses, menjadi prioritas pemerintah. Maka segala bentuk korupsi akan terus diberantas agar pelayanan publik bisa sukses untuk kepentingan masyarakat tanpa kecuali. Pelayanan yang didasari dengan pengabdian akan melahirkan pelayanan publik yang beriman. Bambang berharap agar RSUD selalu melakukan evaluasi dalam waktu 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Dalam evaluasi harus disertai dokumen dan adminstrasi yang jelas.
Direktur RSUD Purworejo Drg Gustanul Arifin MKes dalam paparannya menjelaskan tujuan pelayanan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Diantaranya menyediakan alat kesehatan yang lengkap, biaya berobat yang terjangkau, dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang sedang antri obat atau masyarakat yang rawat jalan. ”Saya berharap agar karyawan RSUD menjadi yang terbaik dimanapun berada. Jadi tukang amplop jadilah tukang amplop yang baik, jadi apapun dalam pekerjaannya jadilah yang terbaik,”harapnya.
Disamping mengutamakan pelayanan yang baik, Gustanul juga mempunyai program agar rumah sakit bersih dari kucing. Karena kucing yang kotor menyebarkan virus tokso, penyebar TBC dan sebagainya. Sehingga setiap 3 bulan sekali dilakukan razia kucing. Bagi karyawan rumah sakit yang berhasil menangkap kucing dan membawa keluar dari lokasi rumah sakit, akan mendapat honor 10.000 rupiah. Sebelumnya jika menangkap 1 kucing hanya diberi 3000 rupiah, lalu naik 7000 rupiah, dan sekarang menjadi 10.000 rupiah. (Pras)
Slamet Tergolek Tak Berdaya, Butuh Bantuan
Anak yang lahir dari pasangan Karsimin (47) dan Ponidah (40) ini, menderita sejak umur 27 hari. Dalam usia yang belum genap sebulan itu, Slamet mengalami kejang-kejang sampai tidak bisa tumbuh normal. Sebab badannya lemas, nafasnya susah seperti banyak lendir, tidak bisa berbicara, dan pertumbuhan badannya sangat kurang. Makanan kesehariannya yang bisa ditelan hanya bubur nasi dan minum. Untuk makan dan minum pun harus ekstra hati-hati, karena mudah tersedak.
Beberapa kali Slamet yang tinggal di rumah sederhana di RT 2 RW I Desa Kunirejo Kulon Kecamatan Butuh, diperiksakan di RSUD Purworejo yang kemudian dirujuk ke RS Sarjito Jogja. “Sanjange doktere Sarjito, enten saraf otak ingkang soyo mengecil. Lajeng disaranke supados operasi,” ujar Ponidah yang didampingi Karsimin.
Tapi sampai usia 4 tahun ini, operasi yang disarankan tidak pernah terealisasi, karena terbentur biaya. Bahkan ketika opname di RS Sarjito, Slamet dibawa pulang paksa, meski Rumah Sakit belum megijinkan pulang. “Saking bangete pengin anak kulo mantun, namung betah biaya ingkang mboten sekedik. Kulo tiyang dusun mboten mampu, namung buruh tani penghasilan pas-pasan. Kulo namun pasrah mugi-mugi anak kulo saget mantun, wonten ingkang kerso mbantu mantunke,” harap Ponidah.
Kini Slamet hanya diperiksakan di Puskesmas yang tidak jauh dari rumahnya. Kejang yang diderita Slamet hingga saat ini masih rutin disandangnya. Munculnya kejang juga tidak tentu, kadang dalam sehari semalam bisa 3 sampai 4 kali. Jika kejang itu muncul, dengan segera diminumi obat dari Puskesmas, sehingga bisa sedikit mengurangi kesakitan Slamet. Setiap 15 hari, harus membeli obat yang diminum 3 kali sehari. Kartu JPS yang dimiliki tidak banyak membantu karena sebagian obat harus dibayar sendiri.
Slamet memimpikan tumbuh normal seperti teman sebayanya, bisa bercanda, bermain, dan bersekolah. Meski tidak bisa berbicara tetapi impian itu sangat jelas terlihat ketika ada yang datang menengoknya. Termasuk ketika tim anjangsana Kabupaten Purworejo memberikan bantuan.
Dari matanya Slamet ingin bercanda, dari gerak bibirnya dia ingin berbicara., dan dari gerak tangannya yang lemah dia ingin melakukan sesuatu. Tetapi semua itu belum pernah bisa terwujud karena ketiadaan dana. (Sus)
Sabtu, 20 September 2008
Setelah 60 Tahun Diusulkan, Jembatan Sembir Baru Terwujud
Kepala Dinas Kimprasda Kabupaten Purworejo, Ir. Harijadi mengatakan, pembangunan Jembatan Sembir dilakukan dalam dua tahap, selama dua tahun. Pada tahap pertama dilakukan pembangunan bagian bawah jembatan, yang dikerjakan pada tahun 2007 lalu, menggunakan biaya dari APBD II sebesar Rp 2,6 milliar. Sedangkan pembangunan bagian atas jembatan baru dapat dilakukan tahun 2008 ini, melalui APBD II Tahun 2008 sebesar Rp 4,4 milliar.
“Jembatan ini memiliki panjang 87 meter dengan lebar 7 meter. Selain itu jalan penghubung mulai dari perempatan Purwodadi-Pasar Krendetan (Jalan Raya Letnan Kemis-red) kini kondisinya sudah mulus, dengan aspal HRS,” kata Harijadi.
Dengan dibangunnya Jembatan Sembir maka diharapkan ke depan akan semakin meningkatkan roda perekonomian kedua wilayah. Disamping itu juga dapat menjadi jalur alternatif Bagelen-Purwodadi-Ngombol-Grabag-Kutoarjo. Jembatan ini juga akan menjadi pintu gerbang dari arah barat, terkait dengan Kecamatan Bagelen dalam waktu dekat ini akan dicanangkan sebagai Kecamatan Agropolitan.
Banyak orang yang menginginkan pembangunan Jembatan Sembir, terbukti tak sedikit orang yang melepaskan nadzar pada saat peresmian jembatan dilakukan.
Belanda Tak Mampu Wujudkan Jembatan Sembir
Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Bugel, Suharmaji (54), pihak yang pertama kali merencanakan pembangunan Jembatan Sembir adalah Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1948, sebelum Perang Kemerdekaan I pecah di Pulau Jawa. Adapun alasan utama dibangunnya Jembatan Sembir pada masa itu, tak luput dari tipu muslihat, untuk mempermudah Belanda masuk ke wilayah RI. Suharmaji mengatakan, waktu itu jembatan ngandul (jembatan penghubung jalur utama Purworejo-Yogyakarta sekarang-red), belum dibangun. Sehingga jalur utama Purworejo-Yogyakarta masih harus melingkar lebih jauh melalui Cangkrep. “Belanda dengan dalih pertahanan keamanan perbatasan bersama dan ekonomi berencana membangun Jembatan Sembir. Mengingat waktu itu Sungai Bogowonto menjadi garis batas antara TNI (di sebelah Timur Sungai Bogowonto/Kecamatan Bagelen sekarang-red) dan Belanda (di sebelah Barat Sungai Bogowonto/Kecamatan Purwodadi-red),” ujarnya.
Namun ketika itu pecah Perang Kemerdekaan I, yang menyebabkan rencana pembangunan Jembatan Sembir terbengkalai. Padahal menurut Suharmaji, beberapa material bangunan telah ditumpuk di
Suharmaji lebih jauh bercerita, orang yang mengoperasikan perahu tadi diangkat menjadi PNS. Mereka diantaranya bernama Parjono, Toha Jiwo Sarjono, Abu Sujak dan Suharjo. Barulah pada tahun 1996 pengelolaannya diserahkan kepada desa setempat. Pernah juga ada investor dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang membangun jembatan kecil di
Selasa, 02 September 2008
6 Pejabat di Lingkungan Polres Purworejo Dimutasi
Kabag OPS lama Kompol Muhammad Fahrudin, SH diserah terimakan kepada pejabat baru Kompol Edi Subroto, SH. Kemudian Kapolsek Purwodadi dari pejabat lama AKP Kitfirul Aziz diserah terimakan kepada pejabat baru AKP Yudi Ruslan. Sementara itu untuk Kapolsek Loano dari pejabat lama AKP Yudi Ruslan diserah terimakan kepada pejabat baru AKP Kitfirul Aziz. Kapolsek Kaligesing sekarang dijabat oleh AKP Imam Rochadi, menggantikan pejabat lama AKP Hartono, yang kini menjabat sebagai Kapolsek Bayan. Terakhir AKP Eko Sukirno menempati jabatan baru sebagai Kapolsek Grabag, sedangkan pejabat lama AKP Baryono ditarik ke Polwil Kedu.
Polres Purworejo Musnahkan 3.028 Botol Miras
Dalam sambutannya, Kapolres Purworejo Drs. Imran Yunus, MH mengatakan, tak ada ampun untuk segala macam penyakit masyarakat, termasuk di dalamnya miras. “Polri khususnya Polres Purworejo tidak akan berhenti sampai di sini. Ke depan akan terus melaksanakan razia, baik pada penjual, maupun pengguna miras. Dengan terus menerus dilakukan operasi diharapkan masyarakat akan sadar betapa bahayanya penggunaan mirasitu. Tak hanya membahayakan kesehatan penggunanya saja, namun juga membahayakan bagi ketentraman lingkungannya,” papar Imran.
Imran lebih jauh mengatakan, dalam operasi tadi sejumlah 42 orang telah diajukan ke meja hijau dengan amar putusan No. 41-91/Pit. c/2008 Pengadilan Negeri (PN) Purworejo. Adapun denda yang dikenakan bagi terpidana sebanyak itu sebesar Rp 18.700.000,00 dan biaya perkara sebesar Rp 116 ribu.
Secara rinci miras yang dimusnahkan meliputi Anggur 5000 Gemini 498 botol, Anggur Merah 647 botol, Anggur Kolesom 624 botol, Anggur Putih 401 botol, New Port 336 botol, Anggur Beras Kencur 252 botol, Anggur Buah Rema 48 botol, Anggur Barbara 48 botol, Anggur Ketan Hitam 48 botol, Topi Miring 36 botol, Arak Putih 12 botol, Mension Hause 66 botol, Ice Land 10 botol, oplosan 2 botol dan tuak oplosan 2 derigen masing-masing isi 30 liter.
20 Pelajar Badung Terjaring Razia
Sebanyak 20 pelajar terjaring dalam razia ini. banyak juga pelajar yang melarikan diri saat petugas mendekati mereka, namun berkat kesigapan aparat banyak diantaranya yang kembali tertangkap. Dari ke-20 pelajar tadi, 6 diantaranya terjaring di Kota Purworejo dan sisanya 14 siswa terkena razia di Kota Kutoarjo. Parahnya 8 pelajar merupakan perempuan, sedangkan 12 pelajar laki-laki. Sebagian besar dari mereka adalah siswa SMU dan SMK. Untuk selanjutnya mereka dibawa dengan truk milik Polri ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo untuk didata dan diberi pengarahan sebelum diserahkan ke pihak sekolah.
Setelah 45 Tahun Jembatan Sembir Baru Terwujud
Kepala Dinas Kimprasda Kabupaten Purworejo, Ir. Harijadi mengatakan, pembangunan Jembatan Sembir dilakukan dalam dua tahap, selama dua tahun. Pertama dilakukan pembangunan bagian bawah jembatan dikerjakan pada tahun 2007 lalu menggunakan biaya dari APBD II sebesar Rp 2,6 milliar. Sedangkan pembangunan bagian atas jembatan dilakukan tahun ini melalui APBD II Tahun 2008 sebesar Rp 4,4 milliar.
“Jembatan ini memiliki panjang 87 meter dengan lebar 7 meter. Selain itu jalan penghubung mulai dari perempatan Purwodadi-Pasar Krendetan (Jalan Raya Letnan Kemis-red) kini kondisinya telah mulus, dengan aspal HRS,” kata Harijadi.
Dengan dibangunnya Jembatan Sembir maka diharapkan ke depan akan semakin meningkatkan roda perekonomian kedua wilayah. Disamping itu juga dapat menjadi jalur alternatif Bagelen-Purwodadi-Ngombol-Grabag-Kutoarjo. Jembatan ini juga akan menjadi pintu gerbang dari arah barat, sehubungan Kecamatan Bagelen dalam waktu dekat ini akan dicanangkan sebagai Kecamatan Agropolitan.
Sabtu, 30 Agustus 2008
Setelah Lama Kucing-kucingan Dengan Wartawan, Panitia Bagus-Roro Akhirnya Angkat Bicara
“Panitia menanggung biaya perawatan korban. Alhamdulillah masalah ini juga bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” kata Sumarno. “Korban selama menjalani perawatan, ditempatkan di Bangsal Pavilliun RSUD Saras Husada Purworejo, selama empat hari. Kini kondisinya sudah berangsur-angsur sembuh, sementara itu pihak keluarga tidak menuntut apapun dari panitia penyelenggara,” imbuhnya.
Total biaya selama korban dirawat di RSUD Saras Husada Purworejo adalah sebesar Rp 2.648.000,00. Namun pihak panitia tidak menanggung biaya keseluruhan, hanya mengeluarkan bantuan dana sebesar Rp 1,5 juta. Hal tersebut dikarenakan terkurangi oleh Askes (orang tua korban ikut Askes-red) sebesar Rp 700 ribu dan asuransi siswa sebesar Rp 400 ribu. “Orang tua korban hanya mengeluarkan uang cash sebesar Rp 48 ribu,” ujar Sumarno.
Peringati HUT Kemerdekaan Dengan Lomba Gropyok Tikus
Lomba itu digelar, Sabtu (16/8) lalu, diikuti oleh 9 grup dengan masing-masing grup beranggotakan 6 orang. Lomba tersebut diberangkatkan oleh Kepala Desa Bubutan Ir. Agus Wahyono pukul 08.00 WIB. Sembilan grup pemburu tikus tadi hanya diberi waktu 3 jam untuk mengumpulkan hasil buruannya kepada panitia. Dan lomba ditutup pada pukul 11.00 WIB, bagi grup yang memperoleh tikus terbanyak akan dinobatkan menjadi sang juara.
Adapun lokasi sawah yang menjadi tempat perburuan itu hanya dibatasi sawah di wilayah Desa Bubutan, yang luasnya mencapai 70 hektar. Menurut penuturan Agus, disamping langka dan unik, lomba ini dipilih oleh panitia karena akhir-akhir ini banyak keluhan yang disampaikan oleh warganya terhadap menggilanya
Padahal menurut Agus, saat ini dari luas keseluruhan 70 hektar tadi, 40 hektarnya kini ditanami palawija. Seperti cabai, bawang merah, jagung, kacang tanah, melon dan lain sebagainya. “Selain buahnya, tikus-tikus tadi juga memakan batang muda dari tanaman palawija. Tak heran jika aksi membabibuta tersebut membuat sejumlah petani geram,” ujar Agus.
Wajar jika warga masyarakat yang ikut dalam perlombaan ini memiliki semangat 45 untuk memburu tikus. “Saya menyambut baik diadakannya acara ini, sebab selain ingin memperoleh hadiah, sekaligus juga ikut membasmi
GOR WR Soepratman Tak Layak Lagi Untuk Penyelenggaraan Event
Sementara itu petugas jaga GOR WR Soepratman kepada WB menerangkan, bahwa sepengatahuannya sejak GOR dibangun dan diresmikan pada tahun 1987 silam, hingga sekarang belum pernah dilakukan renovasi ulang. Hingga kini umur bangunan tersebut sudah 21 tahun, wajar jika di beberapa bagian gedung sudah terdapat kerusakan. “GOR WR Soepratman ini sudah berumur 21 tahun. Waktu itu dibangun pada tahun 1987, seingat saya hingga sekarang belum pernah dilakukan renovasi ulang,” ujar Sukirman.
Kabid Pemuda dan Olah Raga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, MGS. Sukusyanto tak mengelak dengan kondisi GOR WR Soepratman saat ini. Dia juga mengaku sangat prihatin atas kondisi tersebut. “Mau bagaimana lagi wong tidak ada anggaran untuk perawatan. Sementara itu beberapa bagian gedung sudah mulai rusak. Meski ada anggaran selama ini, namun hanya cukup untuk bayar listrik, air dan mengecat gedung,” ujarnya.
RW 01 Desa Bubutan Juara I Bersih Lingkungan Tingkat Nasional
Hal tersebut diutarakan oleh Ketua BPD Bubutan, Atas
Sementara itu Kepala Desa Bubutan Ir. Agus Wahyono menerangkan, 12 tahun silam petani di desanya harus mndatangkan pupuk kandang dari luar desa. Kebutuhan akan pupuk itu bisa mencapai 60-100 ton setian tanam palawija di musim kemarau. Pupuk sebanyak itu untuk memupuk lahan seluas 35 hektar dari 70 hektar sawah yang ditanami palawija. Sebab di Desa Bubutan jarang diketemukan pupuk kandhang, jarang warga masyarakat Desa Bubutan yang memelihara sapi maupun kambing. Sekarang kebutuhan pupuk itu bisa berkurang, dari kompos hasil olahan para petani Desa Bubutan sendiri. “Sekarang di setiap rumah warga sudah tersedia 3 tempat sampah plastik. Masing-masing bertuliskan kertas, plastik dan kaca, gunanya untuk memilah-milah sampah yang berasal dari limbah rumah tangga. Selain memudahkan dalam membuang sampah, juga memudahkan kita untuk mengambil sampah yang sekiranya masih bisa didaur ulang untuk bahan kerajinan,” kandhane Agus. “Sedangkan untuk sampah daun dan sampah lainnya yang bisa membusuk, dibuatkan lubang tersendiri di tanah pekarangan rumah. Sampah tadi lantas dibuat sebagai pupuk kompos, di musim kemarau bisa dipergunakan untuk pupuk tanaman palawija di sawah. Paling tidak dapat mengurangi biaya produksi pembelian pupuk dari luar desa,” imbuhnya.
Ya dari perjuangan berat serta membiasakan menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri, lingkungan rumah, lingkungan RT, lingkungan RW hingga sekarang sampai pada lingkungan tingkat desa, membawa RW 01 Desa Bubutan meraih penghargaan nasional. Menyingkirkan 52 RW se-Indonesia dari 30
Dalam kategori Hijau Lingkungan juara I RW 01 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, juara II RW 02 dan RW 06 Kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang serta juara III RW 07 Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Sedangkan kategori Taman Lingkungan, yang duduk sebagai juara I yaitu RW 02 Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, RW 05 Kelurahan Sampangan Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang mendapatkan juara II dan RW 02 Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan menjadi juara III. Penghargaan khusus untuk kepeloporan, juara I jatuh pada Ibu Wahyuningsih dari RW 05 Kelurahan Sampangan, juara II Ibu Ima dari RW 08 Sumber Taman Probolinggo dan juara III disabet oleh A Syarifuddin dari RW 01 Rong Tengah Sampang.
Terkait Insiden di GOR, Panitia Penyelenggara Malam Grand Final Bagus-Roro Dipanggil Polisi
Pemanggilan itu guna mengetahui ada atau tidaknya indikasi kelalaian panitia penyelenggara dalam mempersiapkan event Malam grand final Bagus-Roro Kabupaten Purworejo 2008. Bahkan pihak kepolisian juga melakukan peninjauan lokasi terjatuhnya seorang penonton yang menyebabkan luka memar di tubuh bagian kanan dari pergelangan tangan hingga pantat.
Penipuan Berkedok MLM Pensiunan PNS Dilaporkan ke Polisi
Kapolres Purworejo AKBP Drs. Imran Yunus, MH melalui Kasat Reskrim AKP Suliyanto membenarkan adanya laporan tersebut. Sementara itu Bambang Priyono warga Jl. Pramuka 62 Purworejo, yang juga merupakan patner kerja Paryono kini masih dalam pengejaran polisi. Diduga dana yang masih ada di perusahaan tadi, sebesar Rp 150 juta ikut dibawa kabur Bambang.
Suliyanto lebih jauh mengatakan, perusahaan MLM itu bernama CV Bersatu Sejahtera Bersama (BSB). Didirikan olah Paryono dan Bambang pada tanggal 8 Januari 2008 lalu. Adapun kantornya berada di rumah kediaman Paryono di Cangkreplor, Purworejo. Usaha MLM ini bergerak di bidang pelunasan kredit secara cepat, bagi para anggotanya.
Sehingga anggota MLM ini adalah mereka yang memiliki kredit sepeda motor yang belum lunas. Anggota diiming-imingi kreditnya akan dilunasi oleh CV BSB ketika angsuran kreditnya sudah mencapai 10 kali. Bagi calon anggota diminta untuk membayar uang pangkal sebesar Rp 750 ribu. Selain harus menunjukkan akhad kredit sebagai bukti untuk menjadi anggota, juga diwajibkan dapat membawa 6 orang untuk menjadi anggota baru CV BSB.
Sehingga uang yang masuk ke CV BSB sebesar Rp 5.250.000,00, setelah itu barulah anggota tadi mendapatkan honor sebesar Rp 1,5 juta. Barulah anggota tadi mendapatkan Surat Penjaminan Subsidi Kemitraan (SPSK) dari CV BSB dan yang bersangkutan dijanjikan kreditnya akan dilunasi setelah mencapai 10 kali angsuran.
Malam grand final Bagus-Roro Nyaris Menelan Korban, Panitia Dinilai Tidak Profesional
Korban saat itu juga langsung dilarikan ke RSUD Saras Husada Purworejo untuk mendapatkan pertolongan medis. Beberapa luka lecet dan memar akibat benturan terlihat dibeberapa bagian tubuh korban. Berdasarkan pengamatan WB di lokasi kejadian, pada saat berlangsungnya event tahunan itu, penonton tampak memadati tribun. Mereka banyak yang berjingkrak-jingkrak untuk memberikat dukungan kepada peserta yang dijagokan. Kondisi di dalam GOR cukup gaduh dan didominasi oleh suara hentakan kaki penonton pada dasar tribun yang terbuat dari papan kayu tersebut. “Disela-sela suara keramaian itu terdengar jeritan seorang perempuan, tak tahunya ada yang jatuh dari tribun paling atas,” tukas seorang penonton.
Sementara itu orang tua korban Teguh Santoso (48), saat dihubungi WB mengaku sangat kaget mendengar putrinya mendapat kecelakaan. Dirinya mengaku belum mempunyai rencana apa-apa untuk menindaklanjuti masalah tersebut. “Saya belum tahu akan berbuat apa, namun yang paling pokok anak saya bisa cepat tertolong,” ujar Teguh kepada wartawan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Purworejo Ir Rachmadi Setiawan belum dapat dikonfirmasi. Orang nomor satu di Disbudpar itu terkesan selalu menghindari wartawan. Bahkan saat beberapa wartawan yang ingin menghubunginya lewat hand phone, tidak mau menerima bahkan langsung dimatikan.
Sabtu, 16 Agustus 2008
Paseban Bagelen Garap Seni Pesta Rakyat BRI
Seperti baru-baru ini menghantarkan tim kesenian SMU Negeri 7 Purworejo menjadi juara dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Demikian juga Sanggar Paseban Bagelen pimpinan Riyanto Purnomo juga telah menghantarkan tim SMP Negeri 17 Purworejo menjadi juara 1 se-eks Karesidenan Kedu dan juara 3 se-Jawa Tengah dalam Olimpiade Seni SMP se-Jawa Tengah Tahun 2008.
Dalam Pesta Rakyat BRI tersebut Sanggar Kesenian Paseban Bagelen, selain dipercaya menggarap acara pentas seninya, juga menurunkan kelompok musiknya untuk mengisi jingle opening-nya. Adapun beberapa kelompok kesenian tradisional khas Kabupaten Purworejo, yang turut digandheng untuk mengisi acara meliputi Dolalak Putri Puspasari (Desa Bugel, Kecamatan Bagelen), Kuda Kepang Krida Budaya (Desa Soko, Kecamatan Bagelen) dan Cekok Mondol (Desa Ngasinan, Kecamatan Bener).
Kesal Penanganan Berlarut-larut, Warga Segel Balai Desa
Namun karena pencopotan tersebut belum juga dilakukan, Warga Desa Wareng dengan menggunakan truk kembali mendatangi Kantor Kecamatan Butuh untuk kembali menyampaikan tuntutannya, Selasa (29/7). Kedatangan mereka ditemui oleh Camat Butuh Drs. Wahyu Jaka S. Pada kesempatan itu Wahyu Jaka S memberi keterangan bahwa kasus Sekdes Wareng masih diproses. “Saat ini kasusnya sedang ditangani oleh Bawasda, kami mohon warga untuk bersabar, percayakan penanganannya sesuai dengan prosedur yang ada,” kata Jaka.
Berdasarkan sumber informasi yang dapat dipercaya di Kantor Kecamatan Butuh, Sekdes Wareng Basuki Pujo Raharjo pada saat itu sedang berada di salah satu ruangan Kantor Kecamatan Butuh. Ia sedang menjalani pemeriksaan yang dilakukan oleh Bawasda Kabupaten Purworejo. Sementara itu seorang perempuan yang diduga kuat teman kencan Basuki, pada waktu yang sama juga tengah menjalani pemeriksaan oleh Bawasda. Pemeriksaan teman kencan Basuki dilakukan di Kantor Kecamatan Kutoarjo, mengingat sang perempuan tadi merupakan salah satu warga desa di wilayah Kecamatan Kutoarjo, Purworejo.
Mendengar jawaban tersebut, warga masyarakat Desa Wareng yang masih marah tanpa komando membubarkan diri. Namun untuk melampiaskan kekesalan, mereka sebelum pulang ke rumah masing-masing, melakukan penyegelan pintu balai desa setempat. Penyegelan itu dilakukan dengan menggunakan sebuah papan tulis bertuliskan “Sing Bukak Pintu Kancane Basuki.”
Warga mengaku tak ada yang memerintahkan penyegelan tersebut, hal itu dilakukan secara spontan. “Kasus asusila Basuki yang ke dua ini sudah tidak bisa ditolerir. Sebab dia pernah berjanji kepada warga tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Hal memalukan itu dilakukannya pada Juni 2007 lalu, parahnya dengan tetangganya sendiri,” teriak seorang warga.
Kamis, 07 Agustus 2008
Pesta Rakyat Simpedes
Di hari pertama rencananya akan diselenggarakan pasar murah aneka barang dan panggung hiburan. Dimeriahkan berbagai atraksi kesenian khas Kabupaten Purworejo dan beberapa kesenian tradisional lainnya. Seperti Dolalak, Cekok Mondol, Kuda Lumping, Barongsai, serta atraksi panjat pinang.
Di hari kedua akan dilaksanakan arak-arakan hadiah Simpedes dan dilanjutkan dengan penarikan undian. Acaranya juga akan dimeriahkan oleh penampilan OM Pandawa Magelang, D’leh band Jogja, Aksen Band Semarang, Guest star “Produk Gagal”, New Evo Band Purworejo dan Fore Father Band Jogja.
Bagi pengunjung akan mendapatkan kupon doorprise dari BRI. Kupon tersebut dapat diperoleh di Cabang dan Unit BRI di wilayah Kantor Cabang BRI Purworejo dan Kutoarjo. (Eko Mulyanto)
Peringatan PWRI Jawa Tengah Dipusatkan di Purworejo
Usai resepsi, digelar acara pentas seni. Panembrama bawa sekar dhandanggula buminatan laras slendro pathet 6 irah-irahan Adeging PWRI, ladrang Sri Haskarya slendro pathet 9. Diteruskan paduan suara Mars Lahirnya PWRI, Padamu Pahlawan, Lir-ilir, Orchideen, Gundhul Pacul dan dhandhanggula.
Bagus Roro Mulai Diseleksi
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Bagus dan Roro Drs. Sukasno, peminat ajang paling ganteng dan paling cantik se-Kabupaten Purworejo tahun ini lebih besar bila dibandingkan dengan tahun lalu. Jika tahun lalu yang mendaftarkan diri hanya berjumlah 40 pendaftar, untuk tahun ini bisa mencapai jumlah 74 pendaftar. Dari ke-74 pendaftar tadi 40 pendaftar Bagus dan 34 pendaftar Roro.
Minggu, 03 Agustus 2008
SMU Negeri 7 Purworejo Dapatkan Medali Emas di FLS2N
Tari yang mereka bawakan berjudul Nrentheng dengan koreografi Rianto Purnomo pimpinan Sanggar Seni Paseban Bagelen. Tari ini sebenarnya adalah tari kreasi baru yang digarap dari kesenian tradisional khas Kabupaten Purworejo, Dolalak. Jalan ceritanya menuturkan tentang remaja dalam usianya yang beranjak dewasa tanpa sadar sering melakukan hal-hal yang bisa dibilang konyol. Diperlihatkan pula mulai adanya ketertarikan dengan lawan jenis. Hal tersebut membuat mereka lebih bergaya agar diperhatikan oleh sang lawan jenis. Saling menggoda, canda ria turut mewarnai tarian ini. Nampak pula kesan jinak-jinak merpati, kemayu, gemagus, lirikan maut, ngetol, getaran pundak, semua itu untuk memikat pujaan hati, menambah semakin hidupnya tarian berpasangan ini.