Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro
Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan
Jumat, 20 Februari 2009
Wartawan Ziarah ke Makam Tokoh Pers Daerah
Mengawali kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) Kabupaten Purworejo Tahun 2009, sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Kelompok Kerja Wartawan Purworejo mengadakan ziarah ke makam R. Soeprapto di Desa Banyuurip, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Senin (9/2). Suprapto semasa hidupnya dikenal sebagai seorang wartawan yang baik dan memegang teguh idealisme pers Indonesia. Ia merupakan sesepuh dan tokoh panutan wartawan di wilayah eks-Karesidenan Kedu. Suprapto dahulu pernah bekerja sebagai wartawan di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara dan pernah menjadi Ketua PWI wilayah Kedu, yang membawahi 5 kabupaten kota. Yakni Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Kebumen, Temanggung, Magelang dan Kodya Magelang.
Menurut ketua HPN 2009 Kabupaten Purworejo Eko Mulyanto, kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu cara menghargai dan mengenang para pendahulu, khususnya tokoh pers di daerah. Dengan mengenang jasa tokoh tadi, diharapkan para wartawan yang kini masih bertugas dapat menauladani perjuangan para pendahulunya. Sehingga akan terbentuk wartawan-wartawan professional yang gigih terus memperjuangkan orang-orang yang tak berdaya dan tertindas, dengan memegang teguh idealisme pers, kode etik serta mempertahankan Pancasila sebagai satu-satunya dasar negara kita.
Lebih jauh Eko Mulyanto mengungkapkan, selain kegiatan tadi, para kuli tinta di Purworejo itu juga akan mengadakan serangkaian kegiatan lain. Diantaranya mengadakan ceramah Sosialisasi Peran dan Fungsi Pers di 5 SMA Negeri, penaburan benih ikan di Sungai Bogowonto, menanam tanaman langka di Geger Menjangan dan diakhiri dengan tasyakuran serta peresmian penggunaan Pressroom di lingkungan Setda Purworejo. “Kami ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa kamipun masih sempat untuk berbuat sesuatu untuk bangsa ini melalui kegiatan peduli lingkungan hidup dan bhakti social,” ujar Eko. (Siwi)
Novel basa Jawa “Trah” Mendapat Rancage Award 2009
Novel berbahasa Jawa berjudul “Trah,” karangan Atas S Danusubroto mendapatkan Rancage Award 2009 dari Yayasan Kebudayaan Rancage. Novel setebal 268 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Narasi Yogyakarta itu, berhasil menyisihkan 3 judul buku sastra berbahasa Jawa yang terbit di tahun 2008. Diantaranya Lintang Biru, Antologi Geguritan Bengkel Sastra Jawa 2008, Dongane Maling karya Yohanes Siyamta dan Singkar novel karya Siti Aminah. Dari keempat judul tadi, yang dapat ikut dinilai untuk mendapatkan penghargaan Rancage Award 2009 hanya novel Singkar karya Siti Aminah dan novel Trah karya Atas S Danusubroto.
Demikian dikemukakan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, Ajip Rosidi, Senin (2/2) lalu. Ajip juga mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan penghargaan yang ke-21, “Ini merupakan penghargaan yang ke-21 kepada para penulis dan orang-orang yang benar-benar memiliki kepedulian dan telah berjasa besar terhadap pelestarian bahasa ibu. Sehingga bukan hanya bahasa Jawa, akan tetapi penghargaan itu juga diserahkan kepada para penulis karya sastra berbahasa Sunda, Bali dan juuga pernah diberikan kepada penulis karya sastra berbahasa Lampung,” ungkap Ajip Rosidi.
Lebih jauh Ajip menerangkan, pertama kali penghargaan sastra Rancage diberikan kepada penulis karya sastra berbahasa Sunda, di tahun 1989. Mulai tahun 1994, karya sastra berbahasa Jawa juga mendapatkan penghargaan tersebut. Ajip juga menerangkan, bahwa penghargaan sastra Rancage tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Akan tetapi berkembang terus, di tahun 1997, penghargaan sastra Rancage juga diberikan kepada karya sastra berbahasa Bali. Penghargaan paling bergengsi di kalangan sastrawan berbasis bahasa ibu itu, di tahun 2008 juga diberikan kepada sastrawan dengan karya sastra berbahasa Lampung. “Saya agak prihatin dengan penerbitan buku-buku berbahasa ibu yang kurang mendapatkan perhatian serius. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin turunnya penerbitan buku-buku berbahasa daerah. Seperti di tahun 2007, buku yang terbit dengan menggunakan bahasa Sunda ada 32 judul, akan tetapi pada tahun 2008 menurun drastis menjadi 10 judul buku terbitan berbahasa Sunda,” katanya.
Novel sastrawan asal Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini, terpilih mendapatkan penghargaan, menurut Ajip selain isi ceritanya memang bagus, juga memiliki kekuatan dalam aspek kulturnya. Tidak hanya memperlihatkan kelas masyarakat bangsawan dengan rapih dan teliti. Akan tetapi juga memperlihatkan sifat manusia yang mau mengalah, rasa hormat kepada orang tua, sabar dan rendah hati lebih ditandaskan di sini sebagai sebuah tindakan yang luhur. Tatakrama, percakapan dan hubungan di antara tokoh-tokohnya terjaga dengan lebih baik.
Sementara itu Sunarko Budiman asal Tulungagung, Jawa Timur juga mendapatkan penghargaan dari Yayasan Kebudayaan Rancage. Dia dipilih karena dinilai besar jasa, pengabdian, perjuangan dan kepeduliannya terhadap pelestarian bahasa Jawa. Khusus untuk bahasa Sunda penghargaan sastra Rancage diberikan kepada Etti RS dengan karyanya buku kumpulan sajak Serat Panineungan. Sementara itu penghargaan kepada orang yang telah besar jasanya terhadap perkembangan dan pelestarian bahasa Sunda, jatuh pada Nano S. Dia dinilai telah berhasil turut melestarikan dan mengembangkan bahasa Sunda lewat lagu-lagu kerawitan hasil ciptaannya. Penghargaan sastra berbahasa Bali diraih oleh I Nyoman Tusthi Eddy, lewat bukunya berupa kumpulan sajak berjudul Somah. I Nengah Tingen, yang telah berhasil menyusun buku pedoman aksara Bali dan telah menulis 40 judul buku dalam bahasa Bali, juga dinobatkan sebagai peraih Rancage Award 2009. I Nengah Tingen dinilai sebagai tokoh yang besar jasanya terhadap perkembangan bahasa serta sastra Bali. Yayasan Kebudayaan Rancage juga memberikan penghargaan Samsudi 2009 kepada Aan Merdeka Permana penulis buku bacaan anak-anak berbahasa Sunda Sasakala Bojongemas. Para sastrawan yang mendapatkan penghargaan tadi selain diberikan piagam juga berhak atas hadiah uang sebesar Rp 5 juta. Kecuali penghargaan Samsudi yang besarnya hadiah uang hanya Rp 2,5 juta. (Sus)
Langganan:
Postingan (Atom)