Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro

Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro
Sebelum puncak kegiatan Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa Tasyakuran dan Peresmian Pressroom, terlebih dahulu para kulitinta yang bekerja di wilayah Kabupaten Purworejo bersama Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM menebarkan benih ikan Nila sebanyak 5.000 ekor di Bendung Boro, Sabtu (28/3).

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan
Rangkaian kegiatan puncak Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa penanaman 300 pohon langka di Kawasan Potensi Wisata Gegermenjangan, Sabtu (28/3).

Sabtu, 30 Agustus 2008

Setelah Lama Kucing-kucingan Dengan Wartawan, Panitia Bagus-Roro Akhirnya Angkat Bicara

Panitia Pemilihan Bagus-Roro Kabupaten Purworejo 2008 akhirnya mau bicara. Atas nama seluruh panitia, Ketua I Drs. Sumarno di hadapan wartawan menyatakan diri bertanggung jawab atas insiden kecelakaan jatuhnya seorang penonton dari tribun, pada Malam Grand Final Bagus-Roro, Sabtu (9/8) lalu. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab tersebut, biaya pengobatan korban selama dirawat di RSUD Saras Husada Purworejo ditanggung oleh pihak panitia penyelenggara.


“Panitia menanggung biaya perawatan korban. Alhamdulillah masalah ini juga bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” kata Sumarno. “Korban selama menjalani perawatan, ditempatkan di Bangsal Pavilliun RSUD Saras Husada Purworejo, selama empat hari. Kini kondisinya sudah berangsur-angsur sembuh, sementara itu pihak keluarga tidak menuntut apapun dari panitia penyelenggara,” imbuhnya.


Total biaya selama korban dirawat di RSUD Saras Husada Purworejo adalah sebesar Rp 2.648.000,00. Namun pihak panitia tidak menanggung biaya keseluruhan, hanya mengeluarkan bantuan dana sebesar Rp 1,5 juta. Hal tersebut dikarenakan terkurangi oleh Askes (orang tua korban ikut Askes-red) sebesar Rp 700 ribu dan asuransi siswa sebesar Rp 400 ribu. “Orang tua korban hanya mengeluarkan uang cash sebesar Rp 48 ribu,” ujar Sumarno.


Namun demikian insiden tersebut bisa menjadikan bahan evaluasi penyelenggaraan event serupa di masa mendatang. Paling tidak berani mengadakan acara juga harus menjamin keselamatan para penontonnya. Bahkan beberapa pihak menyarankan adanya asuransi kecelakaan bagi para penontonnya. Di samping itu kondisi GOR WR Soepratman yang kurang memungkinkan untuk diadakan event dalam waktu dekat ini, menjadikan rekomendasi bagi pihak-pihak yang telah berencana menggelar event di tempat trsebut. (Eko Mulyanto)

Peringati HUT Kemerdekaan Dengan Lomba Gropyok Tikus

Kegiatan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-63, Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tergolong unik dan langka. Mereka menggelar sebuah kegiatan yang jarang dilakukan di daerah lain. Kegiatan tersebut berupa lomba gropyok tikus. Spontan saja kegiatan tersebut menyedot perhatian banyak pihak termasuk di dalamnya para kuli tinta. Mereka rela berlarian di pematang sawah dan bongkahan tanah kering mengikuti kemana warga mengejar larinya si tikus.


Lomba itu digelar, Sabtu (16/8) lalu, diikuti oleh 9 grup dengan masing-masing grup beranggotakan 6 orang. Lomba tersebut diberangkatkan oleh Kepala Desa Bubutan Ir. Agus Wahyono pukul 08.00 WIB. Sembilan grup pemburu tikus tadi hanya diberi waktu 3 jam untuk mengumpulkan hasil buruannya kepada panitia. Dan lomba ditutup pada pukul 11.00 WIB, bagi grup yang memperoleh tikus terbanyak akan dinobatkan menjadi sang juara.


Adapun lokasi sawah yang menjadi tempat perburuan itu hanya dibatasi sawah di wilayah Desa Bubutan, yang luasnya mencapai 70 hektar. Menurut penuturan Agus, disamping langka dan unik, lomba ini dipilih oleh panitia karena akhir-akhir ini banyak keluhan yang disampaikan oleh warganya terhadap menggilanya hama tikus di sawah mereka. Bahkan hasil panen kemarin (akhir bulan Juli 2008-red) rata-rata petani hanya bisa membawa pulang hasil panenan 70%-nya saja. Sedangkan 30% sisanya habis disikat oleh hama tikus. “Ternyata hama tikus tidak hanya memakan padi milik petani, namun ketika kini di tanami palawija, juga tak bisa terhindar dari serangan tikus,” tuturnya.


Padahal menurut Agus, saat ini dari luas keseluruhan 70 hektar tadi, 40 hektarnya kini ditanami palawija. Seperti cabai, bawang merah, jagung, kacang tanah, melon dan lain sebagainya. “Selain buahnya, tikus-tikus tadi juga memakan batang muda dari tanaman palawija. Tak heran jika aksi membabibuta tersebut membuat sejumlah petani geram,” ujar Agus.


Wajar jika warga masyarakat yang ikut dalam perlombaan ini memiliki semangat 45 untuk memburu tikus. “Saya menyambut baik diadakannya acara ini, sebab selain ingin memperoleh hadiah, sekaligus juga ikut membasmi hama yang selama ini mengganggu tanaman kami,” ujar salah seorang peserta. Sepertinya genderang perang terhadap tikus sudah ditabuh, terbukti dalam waktu 3 jam yang disediakan oleh panitia penyelenggara, peserta mampu memperoleh 654 ekor.


Akhirnya juara pertama lomba gropyok tikus dimenangkan oleh grup Sudono, dengan perolehan 152 ekor. Juara kedua diraih oleh grup Sukiman, dengan perolehan 135 ekor. Sedangkan Grup Junaryo yang memperoleh 118 ekor menempati urutan ketiga. (Sus)

GOR WR Soepratman Tak Layak Lagi Untuk Penyelenggaraan Event

Tim investigasi akhirnya turun ke lapangan, guna mengadakan penyelelidikan di GOR WR Soepratman Purworejo. Hal itu dilakukan terkait dengan terjadinya insiden terjatuhnya Darmawati Susanti (17) siswa kelas 1 SMA Negeri 7 pada acara Malam grand final Bagus-Roro, Sabtu (9/8) lalu. Tim menemukan konstruksi GOR WR Soepratman saat ini sudah tidak layak untuk dijadikan tempat menggelar event. Sudah terdapat beberapa kerusakan di berbagai tempat namun belum diperbaiki.

Sementara itu petugas jaga GOR WR Soepratman kepada WB menerangkan, bahwa sepengatahuannya sejak GOR dibangun dan diresmikan pada tahun 1987 silam, hingga sekarang belum pernah dilakukan renovasi ulang. Hingga kini umur bangunan tersebut sudah 21 tahun, wajar jika di beberapa bagian gedung sudah terdapat kerusakan. “GOR WR Soepratman ini sudah berumur 21 tahun. Waktu itu dibangun pada tahun 1987, seingat saya hingga sekarang belum pernah dilakukan renovasi ulang,” ujar Sukirman.


Kabid Pemuda dan Olah Raga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, MGS. Sukusyanto tak mengelak dengan kondisi GOR WR Soepratman saat ini. Dia juga mengaku sangat prihatin atas kondisi tersebut. “Mau bagaimana lagi wong tidak ada anggaran untuk perawatan. Sementara itu beberapa bagian gedung sudah mulai rusak. Meski ada anggaran selama ini, namun hanya cukup untuk bayar listrik, air dan mengecat gedung,” ujarnya.


Wajar jika banyak pihak sekarang menuntut kepada Pemkab Purworejo dan DPRD untuk memperhatikan alokasi pendanaan renovasi ulang GOR WR Soepratman. Sebab dari data yang ada, tak sedikit pihak yang telah mengajukan ijin mennyelenggarakan event di sana. Jangan sampai insiden serupa terulang kelak dikemudian hari. (Pras)

RW 01 Desa Bubutan Juara I Bersih Lingkungan Tingkat Nasional

Kurang lebih 12 tahun lalu, Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah merupakan sebuah desa yang paling kotor di Kecamatan Purwodadi. Hal tersebut menjadikan rasa keprihatinan tersendiri bagi para tokoh desa itu, dengan tekad dan semangat pantang surut berusaha keras agar Desa Bubutan terlihat cantik dan bersih. Semua cara ditempuh, termasuk di dalamnya memberikan pengertian tentang bagaimana hidup sehat di lingkungan yang bersih mulai dari anak-anak kecil. Atau istilah kerennya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sejak kecil ditanamkan rasa tanggung jawab yang besar untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan. Ternyata itulah yang menjadi kunci sukse Desa Bubutan dalam menyulap ‘wajah desa’ yang semula kotor dan tampak kumuh, kini menjadi bersih dan cantik.

Hal tersebut diutarakan oleh Ketua BPD Bubutan, Atas S Danusubroto (60), kepada WB usai menerima penghargaan juara I tingkat nasional Anugerah Hijau kategori bersih lingkungan, Minggu (10/8) lalu. Bertempat di Pelataran Parkir Keong Mas Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. RW 01 Desa Bubutan selain mendapatkan award dari penyelenggara Sampoerna Hijau, juga menerima hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 30 juta. “Tidak ada istilah lelah mengingatkan pada warga agar tetap menjaga kebersihan lingkungan. Entah itu dipertemuan RT, arisan ibu-ibu maupun lewat jalur pendidikan. Di RW 01, menjaga kebersihan lingkungan merupakan bagian dari PAUD,” ujar Atas. “Maka jangan heran jika anak usia 3 tahun sudah dapat ikut menjaga kebersihan lingkungan dan memilah-milah sampah. Sekarang masyarakat sudah sadar, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari rumah kita sendiri dan sekitarnya. Sehingga menjaga kebersihan lingkungan sudah menjadi sebuah tradisi di Bubutan,” imbuhnya.


Sementara itu Kepala Desa Bubutan Ir. Agus Wahyono menerangkan, 12 tahun silam petani di desanya harus mndatangkan pupuk kandang dari luar desa. Kebutuhan akan pupuk itu bisa mencapai 60-100 ton setian tanam palawija di musim kemarau. Pupuk sebanyak itu untuk memupuk lahan seluas 35 hektar dari 70 hektar sawah yang ditanami palawija. Sebab di Desa Bubutan jarang diketemukan pupuk kandhang, jarang warga masyarakat Desa Bubutan yang memelihara sapi maupun kambing. Sekarang kebutuhan pupuk itu bisa berkurang, dari kompos hasil olahan para petani Desa Bubutan sendiri. “Sekarang di setiap rumah warga sudah tersedia 3 tempat sampah plastik. Masing-masing bertuliskan kertas, plastik dan kaca, gunanya untuk memilah-milah sampah yang berasal dari limbah rumah tangga. Selain memudahkan dalam membuang sampah, juga memudahkan kita untuk mengambil sampah yang sekiranya masih bisa didaur ulang untuk bahan kerajinan,” kandhane Agus. “Sedangkan untuk sampah daun dan sampah lainnya yang bisa membusuk, dibuatkan lubang tersendiri di tanah pekarangan rumah. Sampah tadi lantas dibuat sebagai pupuk kompos, di musim kemarau bisa dipergunakan untuk pupuk tanaman palawija di sawah. Paling tidak dapat mengurangi biaya produksi pembelian pupuk dari luar desa,” imbuhnya.


Ya dari perjuangan berat serta membiasakan menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri, lingkungan rumah, lingkungan RT, lingkungan RW hingga sekarang sampai pada lingkungan tingkat desa, membawa RW 01 Desa Bubutan meraih penghargaan nasional. Menyingkirkan 52 RW se-Indonesia dari 30 kota di tataran tingkat nasional. Selain RW 01 Desa Bubutan yang meraih juara I (mewakili area DIJ selatan-red), ada juga RW 08 dan RW 09 Kelurahan Krobokan Semarang Barat menduduki juara II (mewakili area Semarang-red) serta RW 05 Kelurahan Samaan Kecamatan Klojen Kota Malang (mewakili area Malang-red) menduduki juara III.


Dalam kategori Hijau Lingkungan juara I RW 01 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang, juara II RW 02 dan RW 06 Kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang serta juara III RW 07 Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Sedangkan kategori Taman Lingkungan, yang duduk sebagai juara I yaitu RW 02 Kelurahan Ngesrep Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, RW 05 Kelurahan Sampangan Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang mendapatkan juara II dan RW 02 Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan menjadi juara III. Penghargaan khusus untuk kepeloporan, juara I jatuh pada Ibu Wahyuningsih dari RW 05 Kelurahan Sampangan, juara II Ibu Ima dari RW 08 Sumber Taman Probolinggo dan juara III disabet oleh A Syarifuddin dari RW 01 Rong Tengah Sampang.


Sementara itu penghargaan khusus untuk kategori spirit warga juara I digondol RW 01 dan RW 02 Rong Tengah Sampang, RW 03 Sindurjan Purworejo mendapatkan peringkat II serta juara III disabet oleh RW 16 Cigugur Tengah Cimahi. Total jumlah penghargaan yang diserahkan dalam acara tersebut ada 15 award. Selain tanda penghargaan berupa tropi, bagi yang menang juga diberikan uang pembinaan sebesar Rp 30 juta untuk juara I, Rp 20 juta untuk juara II dan juara III menerima Rp 10 juta. Sedangkan kejuaraan kategori spirit warga hanya mendapatkan uang pembinaan masing-masing sebesar Rp 5 juta. (Eko Mulyanto)

Terkait Insiden di GOR, Panitia Penyelenggara Malam Grand Final Bagus-Roro Dipanggil Polisi

Terkait insiden terjatuhnya seorang penonton, Darmawati Susanti (16) siswi kelas 1 SMA Negeri 7 Purworejo, pada acara Malam grand final Bagus-Roro Kabupaten Purworejo, Sabtu (9/8) lalu, Ketua I Panitia tersebut, yakni Drs. Sumarno dipanggil pihak kepolisian. Sumber WB yang dapat dipercaya di Polres Purworejo mengatakan, Sumarno dimintai keterangan di Mapolres Purworejo, sebagai saksi pada kejadian tadi. Belum ada penetapan tersangka dalam kasus itu. Hingga laporan ini diturunkan pihak kepolisian mengaku masih terus mengorek keterangan dari para saksi termasuk di dalamnya panitia penyelenggara.

Pemanggilan itu guna mengetahui ada atau tidaknya indikasi kelalaian panitia penyelenggara dalam mempersiapkan event Malam grand final Bagus-Roro Kabupaten Purworejo 2008. Bahkan pihak kepolisian juga melakukan peninjauan lokasi terjatuhnya seorang penonton yang menyebabkan luka memar di tubuh bagian kanan dari pergelangan tangan hingga pantat.


Sementara itu beberapa pihak tetap mengecam keras, ketidakprofesionalan panitia penyelenggara. Sebab pihak PMI yang ditunjuk sebagai seksi P3K saja, tidak diberi mandat untuk menurunkan tim medisnya. Mereka mengaku hanya mendapat surat tembusan dari panitia penyelenggara agar memantau acara tersebut. Pihak panitia juga terkesan membiarkan para penonton yang dengan sengaja menghentakkan kaki ke lantai tribun yang terbuat dari papan kayu. (Pras)

Penipuan Berkedok MLM Pensiunan PNS Dilaporkan ke Polisi

Seorang pensiunan PNS bernama Drs. Paryono warga Kelurahan Cangkreplor RT 02/RW 03, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, terpaksa harus berurusan dengan pihak berwajib. Pasalnya dia dilaporkan telah melakukan penipuan terhadap anggota usaha Multi Level Marketing (MLM) yang didirikannya. Apes, usaha tersebut tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana. Sehingga banyak anggota yang merasa dirugikan, padahal usaha ini telah diikuti oleh 300-an anggota dan dana yang terkumpul di perusahaan itu sekitar Rp 150 juta.

Kapolres Purworejo AKBP Drs. Imran Yunus, MH melalui Kasat Reskrim AKP Suliyanto membenarkan adanya laporan tersebut. Sementara itu Bambang Priyono warga Jl. Pramuka 62 Purworejo, yang juga merupakan patner kerja Paryono kini masih dalam pengejaran polisi. Diduga dana yang masih ada di perusahaan tadi, sebesar Rp 150 juta ikut dibawa kabur Bambang.


Suliyanto lebih jauh mengatakan, perusahaan MLM itu bernama CV Bersatu Sejahtera Bersama (BSB). Didirikan olah Paryono dan Bambang pada tanggal 8 Januari 2008 lalu. Adapun kantornya berada di rumah kediaman Paryono di Cangkreplor, Purworejo. Usaha MLM ini bergerak di bidang pelunasan kredit secara cepat, bagi para anggotanya.


Sehingga anggota MLM ini adalah mereka yang memiliki kredit sepeda motor yang belum lunas. Anggota diiming-imingi kreditnya akan dilunasi oleh CV BSB ketika angsuran kreditnya sudah mencapai 10 kali. Bagi calon anggota diminta untuk membayar uang pangkal sebesar Rp 750 ribu. Selain harus menunjukkan akhad kredit sebagai bukti untuk menjadi anggota, juga diwajibkan dapat membawa 6 orang untuk menjadi anggota baru CV BSB.


Sehingga uang yang masuk ke CV BSB sebesar Rp 5.250.000,00, setelah itu barulah anggota tadi mendapatkan honor sebesar Rp 1,5 juta. Barulah anggota tadi mendapatkan Surat Penjaminan Subsidi Kemitraan (SPSK) dari CV BSB dan yang bersangkutan dijanjikan kreditnya akan dilunasi setelah mencapai 10 kali angsuran.


Anehnya tersangka Paryono saat dimintai keterangan polisi mengaku tidak tahu menahu perihal kasus macetnya pembayaran uang kepada para anggotanya. Katanya semua yang mengurusi adalah Bambang, “Saya tidak tahu menahu tentang kasus macetnya bisnis ini. Semua yang mengurus adalah Pak Bambang,” ujarnya kalem. “Yang saya ketahui dana anggota yang seharusnya masih ada di perusahaan sebesar Rp 150 juta,” imbuhnya. Sementara itu dari data yang ada ternyata anggota MLM CV BSB tak hanya dari lokal Purworejo. Namun ada juga yang berasal dari Temon (Kulonprogo), Wonosobo, Salaman (Magelang), Kebumen, Jember (Jawa Timur) dan Temanggung. (Eko Mulyanto)

Malam grand final Bagus-Roro Nyaris Menelan Korban, Panitia Dinilai Tidak Profesional

Malam grand final Bagus-Roro Kabupaten Purworejo, Sabtu (9/8), diwarnai sebuah insiden dan nyaris memakan korban. Darmawati Susanti (16) siswi SMA Negeri 7 Purworejo terjatuh dari tribun paling atas, hingga menembus eternit di bawahnya dan terjatuh di teras luar dari ketinggian sekitar 6 meter. Tribun yang terbuat dari papan kayu itu tidak mampu menahan beban penonton yang memadati tribun.

Korban saat itu juga langsung dilarikan ke RSUD Saras Husada Purworejo untuk mendapatkan pertolongan medis. Beberapa luka lecet dan memar akibat benturan terlihat dibeberapa bagian tubuh korban. Berdasarkan pengamatan WB di lokasi kejadian, pada saat berlangsungnya event tahunan itu, penonton tampak memadati tribun. Mereka banyak yang berjingkrak-jingkrak untuk memberikat dukungan kepada peserta yang dijagokan. Kondisi di dalam GOR cukup gaduh dan didominasi oleh suara hentakan kaki penonton pada dasar tribun yang terbuat dari papan kayu tersebut. “Disela-sela suara keramaian itu terdengar jeritan seorang perempuan, tak tahunya ada yang jatuh dari tribun paling atas,” tukas seorang penonton.


Sementara itu orang tua korban Teguh Santoso (48), saat dihubungi WB mengaku sangat kaget mendengar putrinya mendapat kecelakaan. Dirinya mengaku belum mempunyai rencana apa-apa untuk menindaklanjuti masalah tersebut. “Saya belum tahu akan berbuat apa, namun yang paling pokok anak saya bisa cepat tertolong,” ujar Teguh kepada wartawan.


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Purworejo Ir Rachmadi Setiawan belum dapat dikonfirmasi. Orang nomor satu di Disbudpar itu terkesan selalu menghindari wartawan. Bahkan saat beberapa wartawan yang ingin menghubunginya lewat hand phone, tidak mau menerima bahkan langsung dimatikan.


Beberapa pihak menilai panitia penyelenggara tidak professional. Bahkan diduga tidak melakukan tindak antisipasi sedini mungkin. Terbukti pihak keamanan yang dilibatkan dalam acara tersebut minim sekali, demikian pula dengan penyediaan P3K. bahkan pihak panitia seolah menutup-nutupi jumlah penonton yang memadati GOR WR Soepratman malam itu. Jumlah penonton yang diperkirakan mencapai lebih dari 2.500 orang, oleh pihak panitia diklaim hanya ada 2.000 pengunjung. Sementara itu jumlah tiket yang terjual hanya sekitar 1.800 lembar, dengan harga per lembarnya Rp 10 ribu. (Pras)