Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro

Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro
Sebelum puncak kegiatan Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa Tasyakuran dan Peresmian Pressroom, terlebih dahulu para kulitinta yang bekerja di wilayah Kabupaten Purworejo bersama Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM menebarkan benih ikan Nila sebanyak 5.000 ekor di Bendung Boro, Sabtu (28/3).

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan
Rangkaian kegiatan puncak Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa penanaman 300 pohon langka di Kawasan Potensi Wisata Gegermenjangan, Sabtu (28/3).

Selasa, 31 Maret 2009

Kampung Lelaki (1)


Mencari seorang perempuan usia produktif di Desa Ngenthak, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Puworejo, Jawa Tengah, merupakan pekerjaan yang lumayan sulit. Kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut (lansia), atau malah masih berusia remaja dan anak-anak. Oleh sebab itu, ketika ada orang yang mempunyai kerja, terpaksa ya para lelaki dan perempuan lansia tadi yang memasak di dapur. Hal itu menyebabkan orang-orang lebih suka menyebut Desa Ngenthak sebagai “Kampung Lelaki.”

Lantas kemana perempuan usia produktif asal desa tersebut? Menurut keterangan beberapa warga yang sempat ditemui mengatakan, bahwa para perempuan usia produktif Desa Ngentak sebagian besar lebih memilih pergi ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Boleh dikatakan hampir setiap Kepala Keluarga (KK) bisa dipastikan ada perempuannya yang menjadi TKW di luar negeri. Entah itu anak perempuan dari keluarga itu atau malah istrinya sendiri yang pergi ke luar negeri. Ada juga yang sekeluarga pergi semua, baik ibu maupun anak perempuannya menjadi TKW. Pokoknya selesai sekolah SLTA sudah bisa dipastikan pergi ke luar negeri jadi TKW. Makanya jangan heran jika berkunjung ke Desa Ngenthak, mendapati para lelaki sedang mengasuh anak-anaknya, memasak dan mencuci pakaian. Hal itu sudah biasa di desa itu, para perempuan mencari nafkah sebagai TKW, sedangkan kaum lelaki bertugas mengurus urusan rumah tangga.

Ada yang menjadi TKW di Arab Saudi, Hongkong, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Abu Dhabi, Kuwait dan Mesir. Rata-rata mereka bekerja di sektor informal yaitu menjadi pembantu rumah tangga di sana. Akan tetapi tidak sedikit juga dari mereka yang bekerja di sektor formal, seperti menjadi karyawan pabrik, perkebunan dan menjadi pelayan di super market. Para TKW tadi sebagian besar berhasil selama bekerja di luar negeri, terbukti sekarang ekonomi keluarganya berubah total semakin kaya raya. Bisa membeli tanah, sawah, sepeda motor, membangun rumah dan lain sebagainya. Tak heran melihat kesuksesan itu warga masyarakat lainnya lalu ikut-ikutan ingin menjadi TKW, ingin segera sukses seperti para tetangga lainnya.

Menurut Kepala Desa Ngenthak, Supriyono (52) desanya selama ini terkenal sebagai desa yang warga perempuannya pergi ke luar negeri bekerja sebagai seorang TKW. Mungkin bisa dibilang tidak hanya se-Kecamatan Ngombol, melainkan se-Kabupaten Purworejo. “Sekarang ini agak mendingan, sebab rata-rata masih habis masa kontraknya lantas mereka pulang ke desa. Akan tetapi sebentar lagi mereka pasti akan pergi lagi, untuk memperbaharui kontrak. Otomatis bakal kehabisan warga perempuan yang berusia produktif. Rata-rata jika sudah merasa sukses di sana, pasti akan berkelanjutan, mereka rame-rame memperbaharui kontrak lagi. Mumpung masih ada kesempatan, mumpung masih kuat tenaganya, sebab bagi TKW yang sudah pernah bekerja di luar negeri ketika ingin memperpanjang kontrak lebih mudah, tidak lagi harus berlama-lama di penampungan dan menjalani pelatihan lagi. Mereka sudah dianggap tenaga professional yang berpengalaman di bidangnya, yah tinggal berangkat saja,” ungkap Supriyono. “Hal itu saya anggap lumrah, kenyataannya mencari pekerjaan di negara sendiri sangatlah sulit, tidak bisa disalahkan kalau mereka lebih memilih bekerja sebagai TKW di luar negeri dan jauh dari keluarga. Menurut mereka gajinya lebih banyak dan kerjanya juga lebih gampang di sana,” imbuhnya. (Yun)

Jumat, 13 Maret 2009

Peserta Minta Perpanjangan Waktu


Antusiasme siswa-siswa SMAN 6 Purworejo, ketika mengikuti ceramah Sosialisasi Peran dan Fungsi Pers oleh wartawan yang tergabung dalam Kelompok Kerja Wartawan Purworejo (KKWP) patut diacungi jempol. Betapa tidak, acara yang digelar Selasa (17/2) itu, berjalan sangat reaktif. Narasumber yang terdiri dari Atas S Danusubroto (Majalah Legalitas), Hari Wicaksono (TPI) dan Nur Kholik (Harian Suara Merdeka) usai memaparkan makalah, langsung dihujani pertanyaan bertubi-tubi. Mulai dari suka dukanya menjadi seorang jurnalis, teknik menulis hingga bagaimana cara menjadi wartawan yang baik.

Bahkan ketika waktu yang telah disepakati hampir selesai, para siswa tersebut minta perpanjangan waktu karena ada beberapa pertanyaan yang belum mereka sampaikan. Tak ayal lagi kegiatan tersebut molor hingga 4 jam dari 2 jam yang telah disepakati. "Saya cukup gembira melihat antusiasme peserta yang sangat tinggi. Ini menjadi barometer bahwa mereka sangat tertarik dengan dunia jurnalistik. Mudah-mudahan materi yang kita sampaikan dapat menambah wawasan bagi mereka," ujar Atas.

Sementara itu Ketua Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2009 Kabupaten Purworejo, Eko Mulyanto, mengatakan kegiatan ceramah ini merupakan rangkaian kegiatan HPN Tahun 2009 Kabupaten Purworejo. "Ini adalah salah satu bentuk nyata darma bakti kita, para jurnalis pada dunia pendidikan. Kita berusaha mengenalkan seluk beluk dunia jurnalistik kepada siswa. Berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Saya yakin dari sekian puluh siswa yang ikut, pasti ada yang tertarik untuk menggeluti dunia kewartawanan. Semoga ada salah satu yang nantinya menjadi seorang jurnalis proesional di masa mendatang," kata Eko. "Paling tidak kita memberikan pengertian betapa pentingnya peran dan fungsi media dewasa ini. Sehingga di sekolahpun, diharapkan ada media baik itu berupa majalah dinding, buletin atau majalah, yang mampu menjadi wadah siswa dalam mengapresiasikan kreatifitasnya terutama belajar menulis dan mengemukakan pendapat," imbuhnya.(Sus)

Jumat, 20 Februari 2009

Wartawan Ziarah ke Makam Tokoh Pers Daerah


Mengawali kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) Kabupaten Purworejo Tahun 2009, sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang tergabung dalam Kelompok Kerja Wartawan Purworejo mengadakan ziarah ke makam R. Soeprapto di Desa Banyuurip, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Senin (9/2). Suprapto semasa hidupnya dikenal sebagai seorang wartawan yang baik dan memegang teguh idealisme pers Indonesia. Ia merupakan sesepuh dan tokoh panutan wartawan di wilayah eks-Karesidenan Kedu. Suprapto dahulu pernah bekerja sebagai wartawan di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara dan pernah menjadi Ketua PWI wilayah Kedu, yang membawahi 5 kabupaten kota. Yakni Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Kebumen, Temanggung, Magelang dan Kodya Magelang.

Menurut ketua HPN 2009 Kabupaten Purworejo Eko Mulyanto, kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu cara menghargai dan mengenang para pendahulu, khususnya tokoh pers di daerah. Dengan mengenang jasa tokoh tadi, diharapkan para wartawan yang kini masih bertugas dapat menauladani perjuangan para pendahulunya. Sehingga akan terbentuk wartawan-wartawan professional yang gigih terus memperjuangkan orang-orang yang tak berdaya dan tertindas, dengan memegang teguh idealisme pers, kode etik serta mempertahankan Pancasila sebagai satu-satunya dasar negara kita.

Lebih jauh Eko Mulyanto mengungkapkan, selain kegiatan tadi, para kuli tinta di Purworejo itu juga akan mengadakan serangkaian kegiatan lain. Diantaranya mengadakan ceramah Sosialisasi Peran dan Fungsi Pers di 5 SMA Negeri, penaburan benih ikan di Sungai Bogowonto, menanam tanaman langka di Geger Menjangan dan diakhiri dengan tasyakuran serta peresmian penggunaan Pressroom di lingkungan Setda Purworejo. “Kami ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa kamipun masih sempat untuk berbuat sesuatu untuk bangsa ini melalui kegiatan peduli lingkungan hidup dan bhakti social,” ujar Eko. (Siwi)

Novel basa Jawa “Trah” Mendapat Rancage Award 2009


Novel berbahasa Jawa berjudul “Trah,” karangan Atas S Danusubroto mendapatkan Rancage Award 2009 dari Yayasan Kebudayaan Rancage. Novel setebal 268 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Narasi Yogyakarta itu, berhasil menyisihkan 3 judul buku sastra berbahasa Jawa yang terbit di tahun 2008. Diantaranya Lintang Biru, Antologi Geguritan Bengkel Sastra Jawa 2008, Dongane Maling karya Yohanes Siyamta dan Singkar novel karya Siti Aminah. Dari keempat judul tadi, yang dapat ikut dinilai untuk mendapatkan penghargaan Rancage Award 2009 hanya novel Singkar karya Siti Aminah dan novel Trah karya Atas S Danusubroto.

Demikian dikemukakan oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, Ajip Rosidi, Senin (2/2) lalu. Ajip juga mengatakan bahwa penghargaan ini merupakan penghargaan yang ke-21, “Ini merupakan penghargaan yang ke-21 kepada para penulis dan orang-orang yang benar-benar memiliki kepedulian dan telah berjasa besar terhadap pelestarian bahasa ibu. Sehingga bukan hanya bahasa Jawa, akan tetapi penghargaan itu juga diserahkan kepada para penulis karya sastra berbahasa Sunda, Bali dan juuga pernah diberikan kepada penulis karya sastra berbahasa Lampung,” ungkap Ajip Rosidi.

Lebih jauh Ajip menerangkan, pertama kali penghargaan sastra Rancage diberikan kepada penulis karya sastra berbahasa Sunda, di tahun 1989. Mulai tahun 1994, karya sastra berbahasa Jawa juga mendapatkan penghargaan tersebut. Ajip juga menerangkan, bahwa penghargaan sastra Rancage tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Akan tetapi berkembang terus, di tahun 1997, penghargaan sastra Rancage juga diberikan kepada karya sastra berbahasa Bali. Penghargaan paling bergengsi di kalangan sastrawan berbasis bahasa ibu itu, di tahun 2008 juga diberikan kepada sastrawan dengan karya sastra berbahasa Lampung. “Saya agak prihatin dengan penerbitan buku-buku berbahasa ibu yang kurang mendapatkan perhatian serius. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin turunnya penerbitan buku-buku berbahasa daerah. Seperti di tahun 2007, buku yang terbit dengan menggunakan bahasa Sunda ada 32 judul, akan tetapi pada tahun 2008 menurun drastis menjadi 10 judul buku terbitan berbahasa Sunda,” katanya.

Novel sastrawan asal Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini, terpilih mendapatkan penghargaan, menurut Ajip selain isi ceritanya memang bagus, juga memiliki kekuatan dalam aspek kulturnya. Tidak hanya memperlihatkan kelas masyarakat bangsawan dengan rapih dan teliti. Akan tetapi juga memperlihatkan sifat manusia yang mau mengalah, rasa hormat kepada orang tua, sabar dan rendah hati lebih ditandaskan di sini sebagai sebuah tindakan yang luhur. Tatakrama, percakapan dan hubungan di antara tokoh-tokohnya terjaga dengan lebih baik.

Sementara itu Sunarko Budiman asal Tulungagung, Jawa Timur juga mendapatkan penghargaan dari Yayasan Kebudayaan Rancage. Dia dipilih karena dinilai besar jasa, pengabdian, perjuangan dan kepeduliannya terhadap pelestarian bahasa Jawa. Khusus untuk bahasa Sunda penghargaan sastra Rancage diberikan kepada Etti RS dengan karyanya buku kumpulan sajak Serat Panineungan. Sementara itu penghargaan kepada orang yang telah besar jasanya terhadap perkembangan dan pelestarian bahasa Sunda, jatuh pada Nano S. Dia dinilai telah berhasil turut melestarikan dan mengembangkan bahasa Sunda lewat lagu-lagu kerawitan hasil ciptaannya. Penghargaan sastra berbahasa Bali diraih oleh I Nyoman Tusthi Eddy, lewat bukunya berupa kumpulan sajak berjudul Somah. I Nengah Tingen, yang telah berhasil menyusun buku pedoman aksara Bali dan telah menulis 40 judul buku dalam bahasa Bali, juga dinobatkan sebagai peraih Rancage Award 2009. I Nengah Tingen dinilai sebagai tokoh yang besar jasanya terhadap perkembangan bahasa serta sastra Bali. Yayasan Kebudayaan Rancage juga memberikan penghargaan Samsudi 2009 kepada Aan Merdeka Permana penulis buku bacaan anak-anak berbahasa Sunda Sasakala Bojongemas. Para sastrawan yang mendapatkan penghargaan tadi selain diberikan piagam juga berhak atas hadiah uang sebesar Rp 5 juta. Kecuali penghargaan Samsudi yang besarnya hadiah uang hanya Rp 2,5 juta. (Sus)

Selasa, 16 Desember 2008

Pemkab Purworejo Desak Pemerintah Pusat Luruskan Tempat dan Tanggal Lahir Pahlawan Nasional


Pemkab Purworejo akan berupaya mendesak pemerintah pusat, melalui kementrian Sosial untuk meluruskan penulisan, tempat dan tangal lahir, pahlawan nasional, komponis, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya “, WR Soepratman, sebagaimana tertuang dalam penetapan Pengadilan Negeri Purworejo.

Penegasan tersebut disampaikan Assisten Sekda Bidang Administrasi dan Umum, drh Abdulrahaman.di sela-sela rapat koordinasi, Sabtu (29/11), yang membahas rencana tindak lanjut dari penetapan tersebut. Dikemukakan bahwa untuk keperluan tersebut pihaknya akan membentuk tim, yang akan dikukuhkan melalui surat keputusan bupati. Tim ini nantinya setelah berkoordinasi dengan Pemprop Jateng, akan melanjutkan ke Badan Pembina Pahlawan Nasional pada Kementrian Sosial di Jakarta.

Ia mengakui, sebetulnya niat tersebut sudah ada sejak tahun lalu. Setelah ada penetapan dari PN Purworejo nomor 04/Pdt/P/2007/PN PWR, tanggal 29 maret 2007, sampai saat ini belum ada tindak lanjut. “Sebetulnya tahun lalu sudah ada rencana, namum karena ada sesuatu hal, sehingga belum terlaksana. Baru saat ini rencana itu akan dilaksanakan, kendati waktunya sudah mempet” katanya.

Menurutnya, tim yang akan dibentuk beranggotakan para pimpinan satker terkait, ditambah para budayawan. Tim ini sebelum ke Jakarta akan berpamitan dengan keluarga WR Soepratman yang berada di Desa Somongari. Kemudian juga akan menghubungi keluarga yang berada di Jakarta dan kota lainnya.

Tim ini meminta kepada pempus untuk segera meluruskan dan menyosialisakan fakta sejarah sebagaimana penetapan PN Purworejo. Dimana dalam penetapan tersebut tertuang bahwa WR Soepratman lahir pada hari Senin Wage, tanggal 19 Maret 1903, di Dukuh Trembelang Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Sebab selama ini terdapat versi lain tentang tanggal dan tempat lahir WR Soepratman.

Berdasarkan hasil koordinasi dengan pemprop, surat permohonan disampaikan kepada Gubernur Jawa Tengah. Nantinya Gubernur Jateng yag akan melayangkan surat permintaan kepada Menteri Sosial di Jakarta. Namun demikian, untuk memperlancar usulan dari gubernur, pihak pemkab akan melakukan koordinasi ke Depsos.(Sus)

Minggu, 14 Desember 2008

Jangan Mudah Percaya Pada Berita Kabar Burung Yang Sarat Kepentingan


Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia diperingati secara sederhana oleh Pemkab Purworejo, Selasa (9/12/08). Upacara peringatan dilakukan di halaman Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Purworejo diikuti oleh seluruh staf di lingkungan Setda Purworejo dan pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang ada. Dengan inspektur upacara Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM.

Dalam sambutannya, Bupati menyampaikan dukungannya terhadap upaya pemberantasan korupsi di negeri tercinta ini. Bahkan ia menandaskan agar pemberantasan korupsi tersebut tidak bersifat tanggung-tanggung, melainkan harus dibasmi hingga ke akar-akarnya.

Namun disisi lain, lanjut Bupati, dalam upaya pemberantasan tersebut kita harus menghormati azas praduga tak bersalah. Menurutnya, hal ini yang menjadi kendala, karena aparat hukumlah yang mengetahui kesalahan-kesalahan yang dimungkinkan terjadi. Sedangkan berita yang tersebar di masyarakat, belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Karena berita yang tersebar di masyarakat tentunya sudah dicampuri dengan kepentingan-kepentingan tertentu.

Pada kesempatan tersebut bupati meyerahkan secara simbolis, bantuan stimulan pembangunan kepada desa. Bantuan senilai Rp 188.500.000,00 itu bersumber dari APBD Kabupaten Purworejo tahun 2008. Bantuan diperuntukkan bagi 43 lokasi. Besarnya bantuan bervariasi, tergantung kebutuhan yang diajukan panitia dan hasil verikasi tim yang dibentuk pemkab.

Terkait bantuan tersebut, Bupati menyatakan bahwa pada prinsipnya bantuan berasal dari uang masyarakat. Bukan dari seseorang maupun golongan tertentu. Untuk itu, ia berpesan, agar uang tersebut benar-benar sesuai sasaran. (Hms)

Sabtu, 13 Desember 2008

Kajari Purworejo Diserahterimakan

Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Purworejo, Kamis (11/12/08) diserahterimakan. Dengan mengambil tempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Purworejo serah terima jabatan (sertijab) dilakukan dari pejabat lama Heriyanto Serumpun, SH kepada pejabat baru Erwin Desman, SH. Sebelumnya Erwin Desman, SH dilantik dan diambil sumpah jabatan oleh Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi (Wakajati) Jawa Tengah I Ketut Artana, SH.

Edwin Desman, SH sebelumnya adalah Kajari Sekayu Banyuasin, Sumatera Selatan. Sedangkan Kajari Purworejo sebelumnya di promosikan sebagai Asisten Pembinaan di Kajati Papua.

Dalam sambutannya Wakajati Jawa Tengah menegaskan pergantian pejabat adalah hal yang biasa dan lazim dilakukan guna kelangsungan organisasi. Juga disinggung tentang komitmen kejaksaan untuk menuntaskan berbagai kasus, khususnya perkara korupsi. Pejabat yang baru hendaknya mau mawas diri, dalam menegakkan hukum dengan azas praduga tak bersalah.

Disampaikan pula bahwa bagi pejabat yang baru juga harus memiliki integritas yang tinggi. Terlebih masyarakat mengharapkan pemberantasan korupsi secara nyata. “Oleh karenanya bagi pejabat yang baru harus bertindak menegakkan hukum secara adil, profesional dan transparan dalam kinerja,”harapnya.

Dalam acara itu juga dihadiri segenap pejabat teras Pemkab Purworejo dan pejabat di lingkungan Kejari Purworejo. Termasuk di dalamnya Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM. (Sus)