Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro

Penebaran 5.000 Benih Ikan di Bendung Boro
Sebelum puncak kegiatan Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa Tasyakuran dan Peresmian Pressroom, terlebih dahulu para kulitinta yang bekerja di wilayah Kabupaten Purworejo bersama Bupati Purworejo H Kelik Sumrahadi, SSos, MM menebarkan benih ikan Nila sebanyak 5.000 ekor di Bendung Boro, Sabtu (28/3).

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan

Penanaman Pohon Langka di Gegermenjangan
Rangkaian kegiatan puncak Hari Pers Nasional Kabupaten Purworejo Tahun 2009, berupa penanaman 300 pohon langka di Kawasan Potensi Wisata Gegermenjangan, Sabtu (28/3).

Rabu, 30 Juli 2008

Bercocok Tanam di Tepian Sungai Bogowonto

Memasuki musim kemarau, warga Kecamatan Bagelen, yang tinggal disepanjang tepian Sungai Bogowonto memanfaatkan dasar sungai yang tidak tergenang air untuk bercocok tanam. Hal tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan bagi keluarga mereka. Jenis tanaman yang biasa mereka tanam adalah palawija. Seperti jagung, kacang tanah, kacang panjang, tomat, lombok dan tembakau.


Cara ini mereka pilih karena bercocok tanam di dasar sungai yang kering memudahkan mereka dalam pengolahan tanahnya. Tanah berpasir bekas aliran sungai tadi mudah ditanami dan biasanya lebih subur jika dibandingkan dengan tanaman palawija di pekarangan atau di areal persawahan. Penggunaan pupuk di lahan bekas aliran sungai juga lebih hemat, sebab tanpa dipupukpun biasanya tanaman palawija yang mereka tanam bisa tumbuh lebih subur.


“Bercocok tanam di bekas aliran air Sungai Bogowonto yang kini kering sudah kami lakukan sejak puluhan tahun silam. Sejak saya kecil sudah ada Mas,” tutur Wigoro (40). “Pengolahan tanahnya juga lebih mudah, tidak perlu dicangkul dalam-dalam. Cukup dibuat bedhengan, lantas ditanami. Pengairannya juga mudah dan dekat, cukup diambilkan dari air sungai,” imbuhnya.


Sementara itu Amat Nasroh (50) yang juga menanam palawija di tepi Sungai Bogowonto mengatakan, hal tersebut selain untuk menambah pendapatan keluarga di masa ekonomi sulit seperti sekarang ini. Menanam palawija di bekas aliran sungai juga menghemat pupuk, biasanya humus yang hanyut terbawa aliran sungai dan mengendap merupakan pupuk alami yang datang sendiri. Bahkan menurut Amat, meski tidak diberikan pupuk tambahan, tanamannya sudah tumbuh dengan subur dan buahnya juga lumayan lebat. “Namun jeleknya hal tersebut baru bisa dilakukan oleh para petani di tepi Sungai Bogowonto hanya di musim kemarau,” ungkapnya.


Uniknya lagi lahan di sana di bagian atas sudah dipetak-petak dan ada pemiliknya. Namun untuk bagian bawah (yang berdekatan dengan air sungai-red) tidak ada yang memiliki. Lahan tersebut sering mereka sebut sebagai lahan kewedhen. Bagi mereka yang akan bertanam di lahan kewedhen tadi, harus berlomba-lomba siapa yang cepat dia yang dapat. (Yuyun)

Tidak ada komentar: