Cara ini mereka pilih karena bercocok tanam di dasar sungai yang kering memudahkan mereka dalam pengolahan tanahnya. Tanah berpasir bekas aliran sungai tadi mudah ditanami dan biasanya lebih subur jika dibandingkan dengan tanaman palawija di pekarangan atau di areal persawahan. Penggunaan pupuk di lahan bekas aliran sungai juga lebih hemat, sebab tanpa dipupukpun biasanya tanaman palawija yang mereka tanam bisa tumbuh lebih subur.
“Bercocok tanam di bekas aliran air Sungai Bogowonto yang kini kering sudah kami lakukan sejak puluhan tahun silam. Sejak saya kecil sudah ada Mas,” tutur Wigoro (40). “Pengolahan tanahnya juga lebih mudah, tidak perlu dicangkul dalam-dalam. Cukup dibuat bedhengan, lantas ditanami. Pengairannya juga mudah dan dekat, cukup diambilkan dari air sungai,” imbuhnya.
Sementara itu Amat Nasroh (50) yang juga menanam palawija di tepi Sungai Bogowonto mengatakan, hal tersebut selain untuk menambah pendapatan keluarga di masa ekonomi sulit seperti sekarang ini. Menanam palawija di bekas aliran sungai juga menghemat pupuk, biasanya humus yang hanyut terbawa aliran sungai dan mengendap merupakan pupuk alami yang datang sendiri. Bahkan menurut Amat, meski tidak diberikan pupuk tambahan, tanamannya sudah tumbuh dengan subur dan buahnya juga lumayan lebat. “Namun jeleknya hal tersebut baru bisa dilakukan oleh para petani di tepi Sungai Bogowonto hanya di musim kemarau,” ungkapnya.
Uniknya lagi lahan di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar